Deny Sanusi merupakan asli orang Cina yg terlahir di Jakarta dan dlm hal agama sejak kecil ia mengikuti agama orangtuanya Konghucu. Namun selepas dewasa Denny memang diberikan kebebasan dalam beragama kecuali Islam.
Saat SMA Denny belajar disekolah Katolik, secara otomatis dlm pergaulan serta pelajaran yang diperoleh juga agama Katolik. Ditambah lg dari pihak sekolah yang secara ketat mendoktrin agama katolik kepada seluruh siswanya, bahkan siswa wajib menjalankan agama ini.
Dengan terpaksa Denny juga mempelajari agama katolik iapun rajin mempelajari Bibel dan ke Gereja. Saat di kelas 2 SMA ia dibaptis untuk memeluk agama Katolik. Akan tetapi dengan agama yg dipeluknya ini ia juga tidak memuaskan dahaga seperitualnya, ia selalu merasa gelisah dan malas ke gereja.
Suatu ketika saat Denny tinggal diKramat Jati JakTim dan hidup ditengah masyarakat muslim ia berjumpa dengan seorang yang mengerti agama lalu ia menyampaikan apa yang dirasakan selama ini, kemudian orang itupun menyuruh Denny berdoa kepada Tuhan tanpa menyebut Tuhan (Allah) ataupun Tuhanya orang Katolik (Allah). “ Suatu malam sebelum tidur ia berdoa, Ya Tuhan tolonglah saya. Tunjukan agama mana yang paling benar yang dapat menyelamatkan saya di dunia dan akhirat” kenangnya menirukan pesan orang tsb.
Kebetulan esok harinya adalah bulan Ramadhan, walau ia bkn seorang muslim hatinya tergerak untuk berpuasa, iapun rutin berdoa sebelum tidur dan trs berpuasa. Kejadian2 luar biasa mulai datang menghampirinya,ia sempat jatuh pingsan, iapun pernah bermimpi memainkan alat musik rebana, alat musik yg biasa dimainkan oleh umat muslim. Tak terasa ia tlh menjalankan puasa slama 20 hr. Memasuki hr 21 sang ustad menyuruh Denny agar ia tidak tidur, ustad itu berharap agar keistimewaan malam Lailatur qadar turun kepadanya. Tanpa tanya dan berfikir panjang iapun pulang ke pabrik minuman milik orangtuanya, ia naik kelantai dua menghadap ke kiblat, merenung dan bertafakur dgn khusyuk.
Tiba2 tangan kirinya sprt ada yg mencengkram sangat kuat hingga merasa tidak bisa bergerak. Ia ketakutan dan turun kebawah, seolah ada yg menggerakan untuk berwudhu padahal ia tidak tahu tata cara wudhu, iapun melakukan sholat dua rakaat “saya tidak tahu apa yang menggerakkan untuk melakukan semua ini” kenangnya.
Denny kemudian menemui orang yg selama ini telah membimbingnya dan menceritakan kejadian yang dialaminya. Orang itu tersentak kaget dan berkata “Kamu telah mengalami semuanya, skr terserah kamu, Islam tidak memaksa seseorangpun memeluk agamanya” Akhirnya Denny memutuskan menjadi seorang mualaf, setelah hari raya Idul Fitri ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Sebagian orang menganggap Denny mendapatkan Kemuliaan Malam Lailatur Qadar.
Saat ini bersama istri tercintanya HJ. Haryani aktif dalam pembinaan Mualaf Tionghoa dan terus berjuang di jalan Allah.
-------------------------------
Di Tulis Oleh :
FEBRIANTI....Jombang
Alhamdulilah , subhanalah . luar biasa hidayah ini . dari Allah swt
BalasHapus